Hasil perolehan suara Golkar di Pemilu 2009 yang merupakan hasil terburuk sepanjang sejarah ini bisa menjadi pemicu ganjang-ganjing di tubuh internal partai. Jusuf Kalla (JK) yang semula diplot untuk menjadi Capres dari Golkar bisa saja digantikan oleh tokoh Golkar yang lain karena dianggap gagal mendulang suara di Pemlu Legislatif. Sri Sultan Hamengkubowono (SHB) bisa saja menggantikan JK untuk menjadi Capres di Pilpres 2009, dan tentu saja semua itu tergantung dari hasil koalisi dengan partai lain.
Lalu, bagaimana dengan Partai Demokrat ? boleh dikatakan PD sedang berada diatas angin, dengan hasil Quick Count sejumlah lembaga survei PD mampu memperoleh suara pada kisaran 20 persen. dan majunya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk menjadi Capres dari PD pada Pilpres 2009 merupakan harga mati. Kemenangan Partai Demokrat pada pemilu legislatif 2009 berdasarkan hasil quick count memunculkan berbagai spekulasi tentang pasangan SBY yang akan maju pada putaran pemilihan presiden nanti.
Salah satu nama yang kembali muncul adalah JK dari Partai Golkar yang juga sebagai Ketua Umum Partai Berlambang Beringin tersebut. Namun, saat ini JK bukan satu-satunya kader yang ada di dalam Partai Golkar. SBY membutuhkan Golkar untuk menguasai parlemen, tapi tidak harus duet dengan JK pada pilpres, karena masih ada tokoh-tokoh lain di Golkar. Semisal Akbar Tandjung, Agung Laksono, dan Fadel Muhammad adalah juga kader-kader terbaik partai Golkar.
Jika berpatokan pada apa yang dikatakan SBY setelah JK bertemu Megawati, SBY mengatakan bahwa Demokrat masih menginginkan kerjasama politik dengan Partai Golkar. SBY tidak menyebut kerjasama dengan JK tetapi dengan Partai Golkar.
Untuk mendulang suara pada pilpres 2009 SBY membutuhkan sosok yang bisa menguasai Dinamika atau Turbulensi di Partai Golkar yang timbul karena menurunnya suara Golkar dalam Pemilu 9 April. Dan sosok tersebut mengarah kepada Akbar Tanjung (AT) yang sudah cukup megetahui isi perut Partai Golkar dan cukup piawai mengendalikan partai tersebut saat menjadi Ketua Umum.
Selain masih bergigi di Partai Golkar, Akbar juga memiliki kekuatan jaringan yang tentu saja tidak dimiliki oleh tokoh lain dan jaringan yang dimiliki Akbar adalah jaringan ideologis. Selain itu AT juga merupakan politisi yang sangat kaya pengalaman.
Disisi lain, SBY akan mencari figur wapres yang berasal dari luar Jawa. Alasannya, SBY harus menjaga adanya keseimbangan dengan mengakomodir keterwakilan tokoh non-Jawa. Lalu, bagaimana peluang SBY - Fadel Muhammad yang juga kader Golkar? ini memang memungkinkan, namun Fadel bukanlah figur yang kuat, di internal Golkar sekali pun.
AT cukup unik, Bang Akbar merupakan tokoh luar Jawa tetapi sangat mengerti budaya jawa, sehingga peluangnya cukup terbuka. Disamping itu nilai tambah yang dimiliki AT adalah kemampuan untuk mengakomodir kepentingan seluruh elemen bangsa. Misalnya, untuk memuluskan kebijakan pemerintah di DPR perlu komunikasi politik. Disinilah AT sebagai politisi piawai berperan, apalagi AT pernah memimpin DPR-RI. Selain itu, Bang Akbar juga dinilai cukup berani dalam mengambil keputusan dalam kondisi yang sulit
Sosok SBY yang berasal dari Militer dan AT yang non militer serta politisi sipil tulen merupakan perpaduan yang sangat bagus.
Sepertinya upaya untuk menduetkan SBY-AT sudah dirancang sejak jauh-jauh hari, dan bahkan saat ini AT menjadi Ketua Dewan Pembina Barisan Indonesia (Barindo) yang didalamnya banyak pendukung SBY
Lalu bagaimana dengan peluang SBY bila berpasangan dengan Hidayat Nurwahid (HNW) yang kemunginan disodorkan oleh PKS jika berkoalisi dengan PD? Pasangan SBY-HNW peluangnya cukup kecil karena HNW agak kekanan. dan pendukung PD bisa saja meninggalkan Demokrat karena dinilai lebih condong ke kanan.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan beri komentar dibawah ini.
Komentar yang berbau Spam akan dihapus.
Terima Kasih